“Apa kata kalau nama anak-anak kita niche-nya dari para
sahabat ?”
Saya senyum.Angguk setuju.
“Kalau lelaki, apa namanya ?”
Dia menguntum senyum panjang, “Abang akan dipanggil Abu Ubadah.”
“Kalau perempuan ?”
----
Tikamana Allah izinkan-nya di dalam rahim, pertama-tamanya
kami mengucap syukur tak terkira. Namun tipu lah andai tiada gusar yang dirasa hingga
ke sepanjang 9 bulan-nya dalam kandungan.
Dan setiap kali gusar bertandang dalam hati, yang cuba saya
cakapkan agar ia terusir adalah ;
"... ajari mama erti tawakkal pada Ilahi ya"
Berulang kali, berulang kali. Saya katakan pada diri.
Dzatun-Nithaqain mendaki gunung tinggi dan menyuakan makanan
di pintu gua Thur, sedang dia sarat mengendong kandungan. Ditampar pipinya oleh
Abu Jahal namun tetap terkunci rapat rahsia yang dipegang dan tidak serik untuk
daki gunung tinggi lagi keesokan hari.
Apa dorongan kuat dirinya gagah seperti itu ?
Dan mengapa tidak saya upayakan diri sepertinya ?
Dan mengapa tidak saya upayakan diri sepertinya ?
Untuk saya, 9 bulan yang lalu ; peristiwa Dzatun-Nithaqain lah yang menyuntik motivasi dan membina nekad diri.
----
Dia meneka ;
“Maryam ?”
Saya gelang.
“Khadijah ? .. Aishah ? .. Khaulah ? ..”
Saya terus gelang.
“Habis tu, apa ?”
Asmaa Binti Mohamad Azwan Anwar |
---
14th day
p/s : Semoga mama & anakanda Asmaa meneladani Dzatun-Nithaqain
No comments:
Post a Comment